Bacatrend, Jakarta – Pemerintah tengah menggodok berbagai insentif untuk mempercepat hilirisasi batubara di Indonesia. Langkah ini diyakini bakal menjadi angin segar bagi emiten batubara yang selama ini menghadapi tantangan besar dalam pengembangan industri hilir.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa insentif yang disiapkan mencakup pembebasan royalti hingga 0% untuk jenis hilirisasi tertentu, kemudahan perizinan, serta jaminan pasokan batubara bagi proyek hilirisasi.

Selain itu, pemerintah juga memberikan jangka waktu operasi produksi hingga 30 tahun bagi pertambangan batubara yang terintegrasi dengan hilirisasi, dengan jaminan perpanjangan setiap 10 tahun hingga cadangan habis.

Sejumlah emiten batubara seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), dan PT Indika Energy Tbk (INDY) disebut-sebut bakal menjadi pihak yang paling diuntungkan dengan kebijakan ini.

PTBA, misalnya, tengah mengembangkan proyek konversi batubara menjadi Artificial Graphite dan Anode Sheet untuk bahan baku baterai Lithium-Ion (Li-ion), serta Substitute Natural Gas (SNG) melalui kerja sama dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).









Sementara itu, BUMI melalui anak usahanya PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia berencana mengembangkan proyek metanol dan amonia dengan nilai investasi mencapai miliaran dolar.

Namun, di balik optimisme ini, tantangan tetap mengintai. Investment Analyst Edvisor Provina Visindo Indy Naila mengingatkan bahwa meski insentif dapat meningkatkan margin profitabilitas, volatilitas harga batubara masih menjadi risiko utama.

Selain itu, proyek hilirisasi batubara membutuhkan investasi besar dan teknologi canggih, yang masih bergantung pada negara lain.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pun mendorong pemerintah untuk memastikan insentif ini benar-benar efektif dalam mempercepat hilirisasi batubara.

Anggota Komisi XII DPR RI Dewi Yustisiana menegaskan bahwa hilirisasi bukan sekadar proyek ekonomi, tetapi bagian dari agenda besar menciptakan ekonomi yang mandiri dan berdaulat3.

Dengan berbagai insentif yang tengah disiapkan, pelaku industri batubara kini menanti kepastian regulasi agar proyek hilirisasi bisa berjalan lebih cepat dan memberikan manfaat maksimal bagi perekonomian nasional.

Apakah kebijakan ini akan benar-benar menjadi game changer bagi industri batubara Indonesia? Kita tunggu realisasinya!