Ancaman PHK Global 10 Ribu Karyawan Bayangi Panasonic Indonesia
Bacatrend, Jakarta – Panasonic Holdings Corporation, salah satu konglomerat elektronik terkemuka asal Jepang, mengumumkan rencana restrukturisasi besar-besaran dengan target pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 10.000 karyawan secara global.
Langkah ini setara dengan sekitar 4% dari total tenaga kerja perusahaan dan dilaksanakan sebagai bagian dari upaya mengoptimalkan efisiensi operasional di tengah tantangan pasar global yang terus berubah .
Menurut laporan yang diterbitkan oleh NOI English, pengurangan posisi ini direncanakan akan terbagi secara merata, dengan sekitar 5,000 karyawan yang terdampak di wilayah Jepang dan 5,000 di berbagai operasi internasional Panasonic.
Penyusunan ulang struktur organisasi ini tidak hanya mencakup pemangkasan di divisi inti seperti penjualan dan fungsi administrasi, namun juga diharapkan melibatkan penutupan atau penggabungan unit-unit bisnis yang dianggap tidak lagi produktif.
Selain itu, perusahaan juga memberikan opsi pensiun dini bagi beberapa karyawan sebagai bagian dari paket restrukturisasi .
Dalam konferensi pers, CEO Panasonic, Yuki Kusumi, menyampaikan pernyataan yang menjadi bahan perhatian banyak pihak.
“Untuk tetap kompetitif secara global, kami harus melakukan penyesuaian mendalam terhadap struktur biaya kami. Saya merasa sangat menyesal atas langkah sulit ini, namun kami yakin ini merupakan kunci untuk memastikan keberlanjutan dan pertumbuhan perusahaan di masa depan,” ujarnya pada wartawan.
Langkah ini muncul di tengah kondisi pasar yang tengah mengalami penurunan permintaan di segmen elektronik tradisional serta persaingan yang semakin ketat, terutama di sektor otomotif dan teknologi baru.
Panasonic berupaya mengalihkan sumber dayanya ke unit-unit yang memiliki potensi pertumbuhan lebih tinggi. Tak heran jika keputusan PHK ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan buruh, terutama pekerja yang berada di sektor penjualan dan fungsi tidak langsung.
Beberapa serikat pekerja telah menyuarakan keprihatinan mereka mengenai dampak jangka panjang dari restrukturisasi yang berpotensi menurunkan stabilitas kerja dan moral karyawan.
Sebagian analis melihat bahwa dinamika ini kembali mengingatkan pada pola pengurangan tenaga kerja yang pernah terjadi di Panasonic sejak awal milenium.
Seperti dilaporkan oleh Tech in Asia, perusahaan telah beberapa kali menghadapi situasi serupa di masa lalu, di mana penyesuaian besar-besaran dilakukan sebagai respons terhadap perubahan kondisi ekonomi global.
Pola ini menunjukkan bahwa meski Panasonic berupaya berinovasi, mereka tetap harus beradaptasi dengan kenyataan pasar yang terus bergeser .
Rencana restrukturisasi ini diharapkan selesai pada akhir tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2026. Selain mengoptimalkan struktur biaya, Panasonic juga menargetkan peningkatan laba sebesar 150 miliar yen pada periode fiskal mendatang, sebagai bagian dari strategi perbaikan kinerja keuangan.
Meski demikian, proses restrukturisasi yang menyentuh ribuan karyawan ini diperkirakan akan membawa dampak signifikan tidak hanya bagi dunia industri elektronik global, tetapi juga bagi kehidupan para buruh yang kini harus menghadapi ketidakpastian masa depan.
Pengamat industri menilai bahwa langkah Panasonic merupakan cerminan kerasnya persaingan global, di mana setiap perusahaan besar dituntut untuk cepat beradaptasi dan merampingkan operasional demi kelangsungan usaha.
Di balik pernyataan penyesalan CEO Kusumi, tersimpan harapan bahwa restrukturisasi ini akan membuka jalan bagi inovasi dan pertumbuhan yang lebih berkelanjutan, meskipun harus mengorbankan sejumlah besar tenaga kerja dalam jangka pendek.
Tinggalkan Balasan