Kusnadi dan Kisah yang Tersembunyi, Ternyata Hanya Sebuah Pengembaraan Tanpa Kabar
Bacatrend, Madura – Berita tentang hilangnya Kusnadi, mantan Ketua DPRD Jawa Timur, sempat mengguncang publik.
Spekulasi bermunculan, ada yang menduga ia diculik, ada pula yang mengira ia melarikan diri. Namun, kenyataannya jauh dari rumor yang berkembang.
Di balik semua dugaan itu, Kusnadi akhirnya angkat bicara. Ia tidak menghilang. Ia tidak kabur. Ia hanya mencari ketenangan—dan yang lebih penting, pengobatan alternatif.
Kusnadi telah lama hidup di peternakan, jauh dari keluarganya, memilih menjalani hari-hari dengan sunyi. Namun, Lebaran semakin dekat, dan ia merasakan sesuatu yang mengusik pikirannya.
“Mosok Lebaran saya tinggal sendirian di sini? Terus ngapain?” ujarnya saat di Mapolsek Balongbendo, Sidoarjo Senin (9/6).
Di tengah kebimbangannya, seorang teman dari Pamekasan, Madura, datang ke tempatnya. Temannya itu tengah melakukan survei pembukaan Warung Madura, bahkan sering tidur di peternakan Kusnadi, meski hanya beralaskan kursi kayu.
Saat temannya bersiap pulang ke Madura, Kusnadi pun berpikir: Mengapa tidak ikut?
“Saya ngobrol dengan teman ini, bolehkah saya ikut ke tempat kalian? Ya mereka senang saya ikut,” kenangnya.
Namun, perjalanan ini bukan sekadar kunjungan. Ia ingin mencari pengobatan alternatif, mencoba berbagai suwuk, doa dari para kiai, air dan minyak herbal, sesuatu yang mungkin bisa membantu mengurangi penderitaan akibat kanker getah bening stadium 3 yang sudah hampir dua tahun ia lawan.
Kepergiannya berubah menjadi misteri besar karena ia tidak sempat menghubungi keluarga. Bukan karena kesengajaan, melainkan karena handphonenya tertinggal di dalam mobil.
“Saya lihat handphone mati karena kehabisan baterai. Saya pinjam charger teman, tapi karena Nokia, colokannya beda. Barulah tadi malam ada teman lain datang bawa charger, baru saya bisa cas sekitar jam 23.00,” jelasnya.

Begitu ponselnya menyala, Kusnadi dikejutkan oleh berita-berita tentang dirinya. Publik dan media mempertanyakan keberadaannya, bahkan muncul spekulasi bahwa ia diculik oleh orang berlogat Madura.
Tak ingin situasi semakin kacau, ia segera menghubungi anaknya, yang langsung bergegas menjemputnya ke Madura.
“Ya saya salah. Anak saya khawatir semua, makanya begitu saya kasih kabar, mereka langsung jemput ke Madura,” tambahnya.
Di Madura, Kusnadi tinggal di pesantren, mencari ketenangan dan pengobatan alternatif. Ia tidak mengalami penderitaan seperti yang banyak diduga—justru sebaliknya, ia dijamu dengan hangat.
“Saya tidak dianiaya, malah di sana itu dikasih makan sate dan gulai pas Lebaran Haji,” ucapnya, seolah menertawakan rumor yang berkembang.
Kini, setelah kembali ke Surabaya, Kusnadi berharap kehebohan segera mereda.
“Saya tidak menghilang. Saya tidak diculik. Saya tidak lari. Saya hanya mencari ketenangan,” tegasnya.
Dan akhirnya, setelah perjalanan penuh tanda tanya itu, ia kembali ke keluarganya, membawa kisah yang mungkin tidak akan pernah ia bayangkan menjadi tajuk utama berita nasional.
Sebelumnya, anak Kusnadi, Teddy Kusdita Kunong sempat melaporkan ayahnya menghilang usai tidur disebuah peternakan milik keluarganya di Sidoarjo, Jawa timur. Kusnadi dilaporkan menghilang sejak Rabu (4/6) lalu dan baru dapat dijemput keluarganya pada Senin (9/6) dini hari di Pamekasan, Madura, Jawa timur.
Hilangnya Kusnadi ini sempat memuculkan spekulasi bahwa ia diculik oleh beberapa orang yang memiliki dialek Madura.

Tinggalkan Balasan