Bacatrend, Magetan – Langit Magetan masih kelabu, menyimpan duka mendalam atas tragedi memilukan yang terjadi di perlintasan JPL 08 Kelurahan Mangge, Kecamatan Barat, Magetan, Jawa Timur.

Senin siang yang seharusnya biasa berubah menjadi mimpi buruk bagi para pengendara motor yang tak menyangka maut mengintai begitu dekat. Empat nyawa melayang, lima lainnya terluka, semua terjadi dalam hitungan detik yang tak bisa diulang.

Di tengah kepanikan dan isak tangis keluarga korban, satu nama kini menjadi sorotan, AS (49), penjaga palang pintu perlintasan.

Sosok yang seharusnya menjadi benteng terakhir antara keselamatan dan bencana, kini harus mempertanggungjawabkan kelalaiannya.

Polres Magetan menetapkan AS sebagai tersangka, setelah penyelidikan menyeluruh mengungkap bahwa ia sempat membuka palang pintu, meski akhirnya berusaha menutup kembali—terlambat sudah, tabrakan tak terhindarkan.









Detik-detik yang mengubah segalanya hari itu, AS menerima informasi bahwa dua kereta akan melintas, KA Matarmaja dan KA Malioboro Ekspres.

Setelah KA Matarmaja berlalu, ia membuka palang pintu, mengira jalur sudah aman. Namun, dari arah berlawanan, KA Malioboro Ekspres melaju dengan kecepatan tinggi, menghantam tujuh motor yang tengah melintas.

Jeritan, suara benturan, dan kepanikan memenuhi udara. Dalam sekejap, jalanan berubah menjadi lautan duka.

Penyesalan AS yang terlambat. Pria yang selama bertahun-tahun menjaga perlintasan, kini harus menghadapi kenyataan pahit.

Ia mengakui kelalaiannya, namun waktu tak bisa diputar kembali.

Kapolres Magetan AKBP Raden Erik Bangun Prakasa menegaskan bahwa AS telah mengetahui adanya dua kereta yang akan melintas, tetapi tetap membuka palang sebelum KA Malioboro Ekspres benar-benar lewat.

“Yang bersangkutan sudah mengakui kelalaiannya. Seharusnya palang belum dibuka karena KA Malioboro Ekspres belum melintas. Akibat kelalaiannya itu, terjadi kecelakaan yang menyebabkan korban jiwa,” ujar Erik.

AS kini dijerat Pasal 359 dan 360 KUHP, dengan ancaman hukuman hingga 5 tahun penjara. Polisi telah mempertemukannya dengan keluarga korban dalam upaya membangun empati dan menjembatani komunikasi.

Keluarga korban masih meratapi kehilangan yang begitu mendadak. Empat nyawa yang seharusnya pulang ke rumah, kini hanya tinggal kenangan.

Lima lainnya masih berjuang dengan luka-luka, baik fisik maupun batin. Tragedi ini menjadi pengingat pahit bahwa satu kesalahan kecil bisa membawa dampak yang tak terbayangkan.