Bacatrend, Jakarta – Indonesia kembali menghadapi lonjakan kasus COVID-19, dengan varian JN.1 yang mulai mendominasi di beberapa wilayah.

Kementerian Kesehatan RI mencatat peningkatan kasus terutama di Jakarta dan Banten, meskipun angka rawat inap masih dalam batas aman.

Varian JN.1, yang merupakan turunan dari Omicron BA.2.86, telah menjadi perhatian global sejak pertama kali diidentifikasi pada Agustus 2023.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan varian ini sebagai variant of interest karena memiliki mutasi yang meningkatkan kemampuan virus dalam menghindari sistem imun.

Situasi COVID-19 di Indonesia
Menurut laporan Kementerian Kesehatan, kasus COVID-19 di Indonesia mengalami peningkatan sejak Mei 2025, dengan lonjakan tertinggi terjadi pada minggu ke-16, mencapai lebih dari 7.000 kasus dalam satu minggu.









Tren ini terus berlanjut hingga minggu ke-19, terutama di wilayah Banten, Jakarta, dan Jawa Timur.

Meski demikian, angka positivity rate sempat menurun ke 2,05 persen pada minggu ke-22, setelah sebelumnya mencapai 3,62 persen pada minggu ke-19.

Hal ini menunjukkan bahwa penularan COVID-19 masih terjadi, meskipun tidak secepat gelombang sebelumnya.

Gejala Varian JN.1
Para ahli menyebut bahwa gejala yang ditimbulkan oleh varian JN.1 tidak jauh berbeda dengan varian sebelumnya. Beberapa gejala yang umum dilaporkan antara lain:

Hidung tersumbat atau pilek

Sakit tenggorokan

Kelelahan

Sakit kepala

Batuk

Nyeri otot atau badan

Demam atau menggigil

Mual atau muntah

Diare

Sesak napas atau kesulitan bernapas

Lonjakan Kasus di Asia
Lonjakan kasus COVID-19 tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara Asia seperti Singapura, Hong Kong, China, dan Thailand.

Di Singapura, jumlah kasus meningkat dari 11.100 kasus di akhir April menjadi lebih dari 14.000 kasus dalam sepekan pertama Mei 2025.

Di Thailand, varian XEC, yang merupakan rekombinan dari dua subvarian Omicron, juga menyebabkan peningkatan kasus yang signifikan.

Varian ini dilaporkan lebih cepat menyebar dibandingkan varian sebelumnya.

Langkah Antisipasi Pemerintah
Menanggapi lonjakan kasus ini, Kementerian Kesehatan RI telah mengeluarkan Surat Edaran kepada jajaran layanan kesehatan dan pemangku kepentingan terkait.

Pemerintah juga memperkuat sistem surveilans epidemiologis untuk memantau jumlah kasus dan varian yang beredar.

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman, menegaskan bahwa meskipun kasus meningkat, situasi di Indonesia masih terkendali.

“Di tengah dinamika global, kami ingin menyampaikan bahwa kondisi di Indonesia tetap aman. Surveilans penyakit menular, termasuk COVID-19, terus kami perkuat,” ujarnya.

Imbauan untuk Masyarakat
Pemerintah mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan menerapkan protokol kesehatan, terutama bagi kelompok rentan seperti lansia dan individu dengan penyakit penyerta.

“Jika mengalami gejala seperti flu, segera periksa ke fasilitas kesehatan,” tambah Aji Muhawarman.

Dengan lonjakan kasus yang terjadi di berbagai negara, kewaspadaan tetap diperlukan agar Indonesia dapat mengendalikan penyebaran varian JN.1 dan mencegah gelombang infeksi yang lebih besar.