Bacatrend, Papua – Bentang alam Raja Ampat, dengan lautnya yang jernih bak kristal dan gugusan karang yang memukau dunia, kini berada di tengah pusaran debat tentang industri tambang nikel.

Bupati Raja Ampat, Orideko Iriano Burdam, berusaha menenangkan gelombang polemik dengan menegaskan bahwa aktivitas tambang di Pulau Gag tidak menimbulkan pencemaran lingkungan seperti yang ramai diperbincangkan.

“Jadi informasi yang beredar kita pantau langsung, ternyata kita tidak dapat pencemaran lingkungan seperti yang beredar di medsos. Saya apresiasi dengan PT Gag Nikel yang terus melakukan pengawasan melalui amdal agar tidak ditemukan bermasalah ke depan,” ujar Orideko.

Keterangan ini hadir setelah kunjungannya bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dan Gubernur Papua Barat Daya Elisa Kambu, dalam upaya menilai langsung dampak tambang.

Orideko menekankan bahwa perusahaan telah melakukan reboisasi di bekas area tambang, dan tidak ada kerusakan lingkungan yang signifikan menurut pengawasan mereka.









Namun, di balik optimisme tersebut, desakan para aktivis lingkungan tetap menguat.

Greenpeace Indonesia dan sejumlah pemerhati ekologi bersikeras bahwa ekspansi tambang di Pulau Gag berisiko merusak ekosistem laut serta kawasan wisata eksklusif seperti Piaynemo, yang hanya berjarak sekitar 30-40 kilometer dari area pertambangan.

Sementara masyarakat setempat yang bergantung pada industri tambang berharap agar operasional tetap berjalan demi perekonomian mereka, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengambil langkah untuk menghentikan sementara kegiatan PT Gag Nikel hingga verifikasi lebih lanjut dilakukan.

“Kami ingin ada objektivitas. Untuk menghindari kesimpangsiuran, kami memutuskan untuk menghentikan sementara operasional tambang sampai verifikasi lapangan selesai,” kata Bahlil dalam konferensi pers di Jakarta.

Kini, Raja Ampat berada di persimpangan besar. Antara kepentingan ekonomi lokal dan tuntutan global untuk menjaga UNESCO Global Geopark ini, keputusan mendatang akan menentukan apakah keindahan alam Raja Ampat tetap terjaga, atau justru perlahan terkikis oleh kepentingan industri.