Bacatrend, Surabaya – Bagi sebagian orang, kata Poligami mungkin sudah biasa terdengar. Banyak yang mengenal istilah tersebut karena berhubungan dengan sistem pernikahan.

Namun, tahu kah anda jika ada istilah lain yang hampir mirip dengan istilah Poligami? Ya, istilah itu adalah Hipogami dan Hipergami.

Diolah dari berbagai sumber, istilah Hipogami sebenarnya tidak berhubungan dengan sistem pernikahan sebagaimana yang terjadi seperti pada istilah Poligami.

Hipogami sebenarnya merupakan istilah yang digunakan untuk merepresentasikan sikap dari seorang wanita atas pilihan seorang wanita untuk menikah atau menjalani hubungan dengan individu yang memiliki status sosial, ekonomi, atau pendidikan yang lebih rendah dibandingkan dirinya.

Fenomena ini merupakan kebalikan dari hipergami, dimana pasangan dipilih dengan dasar peningkatan status atau kondisi yang lebih tinggi.









Dalam konteks global, hipogami sudah mulai mendapatkan perhatian seiring dengan meningkatnya kemandirian finansial dan pendidikan pada perempuan.

Dibeberapa penelitian internasional, terlihat bahwa jumlah perempuan berpendidikan tinggi yang memilih pasangan dengan status yang lebih rendah semakin meningkat, yang menunjukkan pergeseran norma-norma tradisional dalam pemilihan pasangan.

Meskipun belum banyak data spesifik terkait fenomena hipogami yang disegmentasikan secara geografis di Jawa Timur, dinamika yang sama pun mulai terefleksikan di wilayah ini.

Di Jawa Timur sebagian besar merupakan daerah urban dan berkembang, perubahan peran gender dan peningkatan tingkat pendidikan di kalangan perempuan mendorong terjadinya pergeseran pola pemilihan pasangan.

Meski demikian, studi kuantitatif ataupun laporan secara spesifik mengenai hipogami di Jawa Timur masih terbatas, sehingga fenomena ini terutama dibicarakan melalui diskursus akademis dan media yang mengangkat isu perubahan norma pernikahan di era modern.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut adalah perbedaan antara hipogami dan hipergami dalam sebuah tabel:

Dengan demikian, meskipun data spesifik mengenai hipogami di Jawa Timur masih jarang didokumentasikan, transformasi norma pernikahan yang terjadi secara global juga mulai mempengaruhi dinamika hubungan di wilayah tersebut.

Perubahan struktur ekonomi dan sosial ini menciptakan ruang bagi pola pernikahan yang lebih variatif, yang pada gilirannya membuka peluang untuk penelitian lebih mendalam mengenai fenomena hipogami di daerah seperti Jawa Timur.

Apakah kamu penasaran bagaimana perubahan norma-norma pernikahan ini mempengaruhi struktur masyarakat di Jawa Timur, atau mungkin ingin mengetahui lebih lanjut tentang studi-studi kasus hipergami dan hipogami di konteks Indonesia?