Patola, Kuliner Ekstrem Khas Manado dengan Sejarahnya
Bacatrend, Manado – Sulawesi Utara dikenal dengan kuliner ekstremnya, salah satunya Patola, hidangan berbahan dasar ular piton yang telah lama menjadi bagian dari tradisi masyarakat Minahasa.
Meski bagi sebagian orang terdengar tidak biasa, makanan ini memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan budaya, kepercayaan, dan kebutuhan masyarakat setempat.
Sejarah Konsumsi Patola di Minahasa
Dalam budaya Minahasa, ular piton—disebut tumotongko dalam bahasa lokal—telah dikenal sejak lama.
Menurut catatan sejarah, masyarakat Minahasa awalnya memburu ular piton bukan untuk dikonsumsi, melainkan karena dianggap sebagai hama yang mengancam hasil pertanian.
Seiring waktu, praktik berburu ini berkembang menjadi kebiasaan konsumsi, terutama karena adanya kepercayaan bahwa daging ular memiliki khasiat kesehatan.
Budayawan Minahasa, Denny Pinontoan, menjelaskan bahwa leluhur Minahasa menganggap beberapa hewan, termasuk ular piton, memiliki makna mistis.
“Ular sering dianggap sebagai pertanda baik atau buruk, tergantung pada situasi saat bertemu dengannya,” ujarnya.
Namun, dalam perkembangannya, konsumsi daging ular lebih dipengaruhi oleh tren dan keyakinan bahwa dagingnya memiliki manfaat bagi kesehatan.
Cara Pengolahan dan Cita Rasa
Patola biasanya diolah dengan cara dibakar terlebih dahulu, kemudian dipotong-potong dan dimasak dengan rempah-rempah khas Manado seperti rica-rica.
Tekstur dagingnya sedikit keras, tetapi memiliki rasa yang mirip dengan daging ayam atau sapi yang dimasak dengan bumbu pedas.
Di Pasar Tomohon, ular piton dijual bebas layaknya daging ayam atau sapi, menjadikannya bahan makanan yang cukup mudah didapat.
Banyak restoran dan warung makan di Manado yang menawarkan Patola sebagai menu khas, terutama bagi wisatawan yang ingin mencoba kuliner ekstrem.
Kontroversi dan Perspektif Modern
Meski menjadi bagian dari tradisi, konsumsi daging ular piton juga menuai kontroversi, terutama terkait dengan konservasi satwa liar.
Beberapa pihak mengkhawatirkan dampak perburuan ular terhadap ekosistem, mengingat ular piton berperan penting dalam menjaga keseimbangan populasi hewan di alam.
Namun, bagi masyarakat Minahasa, Patola tetap menjadi kuliner khas yang diwariskan turun-temurun. Selain karena faktor budaya, banyak yang percaya bahwa daging ular memiliki manfaat kesehatan, seperti meningkatkan stamina dan mengobati penyakit tertentu.
Patola bukan sekadar makanan ekstrem, tetapi juga bagian dari warisan budaya Minahasa yang memiliki sejarah panjang. Meski kontroversial, hidangan ini tetap menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman kuliner unik di Manado.
Dengan semakin berkembangnya kesadaran akan konservasi, mungkin di masa depan konsumsi Patola akan mengalami perubahan, tetapi hingga kini, hidangan ini tetap menjadi bagian dari identitas kuliner Sulawesi Utara.
Tinggalkan Balasan