Bacatrend, Surabaya – Di sebuah sudut Kecamatan Pakal, Surabaya, suara lembut musik mengalun di antara deretan kandang sapi yang bersih dan terawat.

Bukan suara mesin atau derit pintu kandang yang mendominasi, tetapi sapaan penuh kasih dari seorang pria yang telah mendedikasikan hidupnya untuk merawat hewan ternaknya dengan sentuhan yang lebih dari sekadar perawatan biasa.

Dialah Suyatno, peternak sapi yang percaya bahwa kebahagiaan sapi adalah kunci utama kesehatan dan pertumbuhannya.

Tak seperti kebanyakan peternak lain yang hanya memberikan pakan dan perawatan dasar, Suyatno punya metode unik—ia memijat sapi-sapinya! Ya, pijat.

Setiap hari, dengan penuh ketelatenan, ia mengusap dan menekan bagian tubuh sapi yang berpotensi tegang akibat aktivitas sehari-hari.









“Saya setiap hari membersihkan kandang, memandikan, dan memijat sapi-sapi saya. Pijatan ini penting agar ototnya tidak kaku, sehingga sapi bisa tumbuh dengan baik dan tetap sehat,” ujar Suyatno dengan senyum khasnya, Senin (02/05).

Lebih dari sekadar sentuhan fisik, pijatan yang ia berikan diiringi dengan kata-kata motivasi. Ia percaya bahwa sapi bukan sekadar hewan ternak, tetapi makhluk yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap perlakuan manusia.

“Sehat ya, jangan sakit ya,” katanya lembut sambil mengurut punggung salah satu sapinya yang tampak menikmati perlakuan penuh kasih sayang ini. “Saya percaya sapi bisa mengerti,” tambahnya dengan penuh keyakinan.

Keunikan ini membuat suasana kandang terasa begitu hangat dan harmonis. Suyatno bahkan memberikan hiburan tambahan berupa musik agar sapi-sapinya dapat beristirahat dengan lebih tenang.

Alunan melodi yang lembut berpadu dengan suara sapi yang mendengkur santai, menciptakan suasana damai yang jarang ditemui di peternakan lain.

Di kandangnya yang bersih dan terawat, Suyatno memelihara sapi jenis Limosin, Simental, dan Brangus dengan bobot mencapai 700 kilogram.

Kesehatan dan kebahagiaan sapi-sapinya berbanding lurus dengan nilai jualnya. Harga sapi yang ia rawat dengan cinta dan perhatian ini berkisar antara Rp24 juta hingga Rp40 juta, bergantung pada jenis dan beratnya.

Dengan sentuhan kasih sayang, metode unik ini telah membuat banyak pembeli tertarik dengan sapi-sapi miliknya. Tak hanya sehat, tetapi juga terlihat lebih tenang dan tidak stres saat akan dijual untuk kurban.

Harapan terbesar Suyatno adalah agar metode perawatannya dapat menginspirasi peternak lain. Ia ingin membuktikan bahwa perawatan intensif bukan hanya soal pakan berkualitas, tetapi juga bagaimana seorang peternak memperlakukan hewan ternaknya dengan kelembutan dan perhatian.

“Semoga ini bisa menginspirasi peternak lain untuk lebih peduli terhadap kesehatan dan kebahagiaan sapi mereka,” tutupnya dengan senyum penuh harapan.

Siapa sangka, pijatan sederhana dan kata-kata penuh kasih bisa menciptakan keajaiban dalam dunia peternakan? Di tangan Suyatno, sapi bukan sekadar hewan ternak—tetapi teman yang layak mendapat perhatian dan perlakuan istimewa.