Bacatrend, Jakarta – Dalam acara peluncuran buku Pengantar Pemahaman Konsepsi Dasar Sekitar Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jakarta Pusat, Megawati Soekarnoputri menanggapi hebohnya perdebatan mengenai keaslian ijazah Presiden Jokowi.

“Yo orang banyak kok sekarang gonjang-ganjing urusan ijazah, bener opo enggak? Ya kok susah amat ya, kan kalau di ijazah betul gitu, kasih aja ‘ini ijazah saya,” ujar Megawati.

Pernyataan tegas tersebut ingin menunjukkan jika dokumen keaslian sudah dimiliki, seharusnya cukup ditampilkan kepada publik untuk menutup kontroversi yang berlarut-larut.

Menurut Megawati, persoalan yang selama ini ramai diperbincangkan akan segera luntur jika pihak terkait mau membuka diri dan menyediakan bukti autentik.

Sambil membagikan pengalamannya sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN, Megawati juga menyempatkan diri mengungkapkan kebingungannya saat harus mengelola ribuan peneliti.









“Saya punya bukti. Kata orang, gelar profesor saya ada tiga. Gelar doktor honoris causa saya ada sebelas, dan saya masih menunggu empat lagi. Makanya saya bilang, loh kok bingung? Profesor sebelas, kok bingung,” tambahnya.

Ucapan ini tak hanya mencerminkan kepercayaan dirinya terhadap keabsahan dokumen akademik yang dimilikinya, tetapi juga menggambarkan betapa mudahnya persoalan keaslian bisa diselesaikan dengan transparansi.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa IQ dan EQ para peneliti yang tengah dikelolanya pun menjadi tantangan tersendiri dalam mengelola lingkungan yang penuh kecerdasan, namun semua itu harus dilandasi dengan kejujuran dan bukti nyata.

Megawati menegaskan bahwa polemik mengenai ijazah Jokowi sebaiknya tidak dijadikan ajang perdebatan yang tak berkesudahan.

Ia membuka ruang bagi klarifikasi melalui bukti nyata, sehingga pihak yang memiliki dokumen asli tidak perlu menunda-nunda lagi untuk menunjukkan keasliannya.

“Kalau ada ijazah betul, tunjukkan saja ke publik. Kenapa harus dibuat ribet,” tukasnya.

Menurut Megawati, penyelesaian sengketa seperti ini sangat bergantung pada transparansi dan kejelasan bukti.

Ia berharap, dengan adanya sikap terbuka tersebut, kontroversi yang sempat mencuat dapat segera reda dan fokus pada hal-hal yang lebih konstruktif.