Bacatrend, Surabaya – Upaya mengenali lima jenazah korban runtuhnya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, menemui kendala besar. Kondisi tubuh yang mulai membusuk membuat sidik jari tidak bisa lagi menjadi acuan utama tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri.

“Korban yang diperiksa berusia sekitar 12 sampai 15 tahun. Sayangnya, sidik jari sudah rusak karena proses pembusukan,” kata Kabid DVI Pusdokkes Polri Kombes Pol dr Wahyu Hidajati di RS Bhayangkara Polda Jatim, Jumat (3/10) sore.

Alternatif lain seperti pencocokan gigi maupun pakaian tak memberi hasil yang berarti. Struktur gigi anak-anak seusia remaja hampir serupa, sementara seragam para santri umumnya sama—kemeja putih dan sarung tanpa tanda khusus.

Dalam kondisi itu, pemeriksaan DNA menjadi pilihan utama. Meski demikian, proses ini memerlukan waktu yang tidak singkat, bisa tiga hari hingga dua pekan. “Sampel DNA dari keluarga dan jenazah sudah kami ambil. Kalau hasilnya cocok, itu mutlak tidak bisa dibantah,” jelas Wahyu.

Ia menekankan agar keluarga korban tetap tenang menunggu proses yang sedang berjalan di ruang Post Mortem RS Bhayangkara. “Kami mohon kesabaran keluarga, karena semua masih berlangsung,” ujarnya.









Begitu identifikasi rampung, tim DVI akan langsung memberi kabar resmi kepada keluarga mengenai langkah selanjutnya, termasuk perawatan hingga pemakaman jenazah.